Welcome Friends....Tafadhol...

SELAMAT DATANG DI DUNIA KEPRAMUKAAN DAN PENDIDIKAN ISLAM

Senin, 03 Desember 2012

Maleo, biasa sahabat atau rekan lapangan dan volounter memangilku, badan gempal gak begitu tinggi, sepatu track, jam, tas cangklong sudah menjadi style ku sehari hari, ia, saya adalah anak pernakan jawa papua, ibu asli solo dan ayah asli papua, sorong lebih tepatnya, saya merupakan anak pertama dari 3 bersaudara,adik tertua ku Hasyim elkribo, seorang mahasiswa Pecinta Alam di Universitas Muh surakarta, kriwil panggilanya, sedangkan adik terkecil hakim shorinji, ia dia atlit kempo kabupaten sorong, baik sekali prestasinya di kanch daerah dan nasional. akan ku mulai petualangan dalam bentuk cerita ini ,,,

Introspeksi Pendidikan demi Masa depan Kita bersama


oleh: Hamim KhaldunMuifilit, S.Pd.I

Dua kelompok manusia yang kita lihat terlibat secara langsung dalam kegiatan pendidikan adalah guru dan murid. Kedua belah pihak ini mempunyai kedudukan yang setara di hadapan Allah, keduanya adalah sama- sama manusi ciptaan-Nya. Masing- masing pihak berada dalam suatu interaksi, namun dengan peranan yang berbeda. Guru berdiri di antara peserta didik dan Tuhan yang memberinya tanggung jawab(W.S Gulo,2002: 22)
Dalam konteks Islam, seperti yang termahtub dalam A-Qur'an Surat Al-Hujarat diakhir ayat 13 ...”sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah adalah Orang yang paling bertaqwa...” dalam hal ini semua manusia adalah sama, yang membedakan adalah keimanan dan ketaqwaannya.
Selanjutnya sosok seorang guru adalah panutan bagi peserta didik, dalam filosofi gerakan pramuka yang mengambil kata dari Ki hajar Dewantara “ ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani” sangat jelas bahwa seorang pendidik merupakan sosok seorang yang penuh dengan wibawa. Pendidik dituntu harus benar- benar menjadi seorang yang baik, tapi perlu diingat guru bukanlah orang yang mahatahu, karena itu guru haruslah selalu terbuka, termasuk kepada peserta didik untuk bersama- sama mengerjakan sesutau yang ingin diketahui.
Ada sebuah konsep yang baik bahwasanya janganlah menjadi seorang yang sok tahu, seperti sebuah peribahasa yang tak asing ditelinga kita “tong kosong berbunyi nyaring”
disaat ini jarang sekali kita temukan sosok sorang guru atau pendidik yang benar- benar menjadi sebuah panuatn bagi peserta didik untuk menggapai segala apa yang diinginkan nya. Yang terjadi hanyalah sebuah proses input, prosessing dan out put, setelah itu lepas bebas.

Selasa, 20 November 2012

Sosok Tegas dan Disiplin Kak Mashudi

MASHUDI
Lewat sentuhan tangan dinginnya, Gerakan Pramuka berkembang pesat. Tak hanya di Tanah Air, tapi di mata dunia. Tak heran jika beliau mendapat penghargaan Bronze Wolf Award –sebuah penghargaan tertinggi di ranah kepanduan— dari World Organization of Scout Movement (WOSM).
Beliau dilahirkan di Cibatu, Garut, Jawa Barat, pada 11 September 1920. Mashudi selanjutnya dibesarkan di Tasikmalaya, Jawa Barat. Pendidikan formal beliau dimulai dari pendidikan di HIS dan MULO Pasundan Tasikmalaya, kemudian melanjutkan ke AMS B di Yogyakarta. Mashudi juga pernah kuliah di THS Bandung, yang belakangan berganti nama menjadi ITB. Namun, kuliah tak sempat diselesaikannya, karena Mashudi memilih berjuang membela Indonesia dalam perang kemerdekaan RI. Berpuluh tahun kemudian, Mashudi mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, yang sebelumnya bernama IKIP Bandung.
 
Dalam perjalanan kariernya, Mashudi pernah menjadi Gubernur Jawa Barat pada tahun 1960-an. Beliau juga pernah menjadi Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara antara 1967 sampai 1972. Namun yang paling fenomenal mungkin adalah ketika Mashudi menjadi Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka antara 1978 sampai 1993.
 
Berkat kepiawaiannya memimpin organisasi ini, beliau pun dianugerahi Bronze Wolf Award dari World Organization of Scout Movement (WOSM) menganugerahi, penghargaan tertinggi dalam dunia kepanduan. Hanya ada empat orang Indonesia yang tercatat pernah menerima Bronze Wolf Award. Selain Mashudi, mereka adalah almarhum Sri Sultan Hamengku Buwono IX, almarhum H Azis Saleh, dan almarhum Liem Beng Kiat.
 
Mashudi juga menunjukkan kembali tangan dinginnya ketika menjadi Ketua Umum Perkumpulan Filatelis Indonesia dari 1989 sampai 2000. Saat itu, Mashudi bersama PT Pos Indonesia dan Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi, berhasil menjawab tantangan Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi (alm) Susilo Sudarman, untuk menambah jumlah pengumpul prangko (filatelis) yang hanya sekitar 10.000 orang menjadi sekitar 1 juta orang! Walaupun dari jumlah itu yang akhirnya benar-benar meneruskan hobi filatelinya kurang dari 1 juta, tapi pencapaian angka yang berkali-kali lipat itu sungguh fantastis.

Selain dua kegiatan yang terutama merupakan kegiatan pendidikan bagi kaum muda Indonesia, Mashudi juga terlibat dalam dunia pendidikan formal. Beliau tercatat sebagai Ketua Yayasan Universitas Siliwangi Tasikmalaya, Ketua Yayasan Universitas Pakuan Bogor, serta Dewan Penyantun Universitas Pendidikan Indonesia. Di samping pernah pula menjadi Direktur Utama Purna Tarum Murni yang bergerak di bidang LPG, serta Ketua Dewan Pleno Dewan Harian Angkatan '45 Pusat. Keaktifannya dalam bidang pendidikan, membuat banyak tokoh pendidikan menyampaikan belasungkawa atas kepergian beliau 3 tahun silam dalam usia 85 tahun.
Di kalangan pramuka, Mashudi yang akrab dipanggil dengan Kak Mashudi, jelas merupakan tokoh yang dicintai dan dihormati. Sosoknya yang tegas, disiplin, namun akrab, sangat dirasakan para pramuka. Beliau tak suka ’ngaret’ dan selalu tegas dalam memimpin Gerakan Pramuka.  
Mashudi memang tokoh yang mendunia, namun sekaligus cinta pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Beberapa tahun lalu, ketika terjadi perpecahan di sana-sini dalam bentuk kerusuhan antarsuku, antargolongan, dan antaragama, serta munculnya ide untuk menjadikan Indonesia sebagai suatu negara federasi, Mashudi mengatakan,”Saya sedih melihat Indonesia yang di ambang perpecahan. Kamu, kaum muda, harus membantu mempertahankan NKRI tetap satu dan jaya.”

Sabtu, 10 November 2012

KHUTBAH 'IDUL ADHA

MAKNA IBADAH QURBAN
Inspirasi dan motivasi spiritual perjalanan Nabi Ibrahim dan Keluarganya”
oleh : Hamim Khaldun Muifilit, S.Pd.I
Kampus STKIP Muhammadiyah Sorong
                       
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”.



Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilhamdu
Hadirin kaum Muslimin dan muslimat jam’ah ‘idul Adha yang berbahagia,

Mengawali kegiatan kita di pagi yang mulia ini, tiada kata yang pantas kita sanjungkan kecuali memanjatkan puji syukur dan sembah sujud taat setia kepada zat yang Maha dari segala Maha, Maha Pengasih tak pilih kasih, Maha Penyayang terhadap hambaNya yang taat dan tunduk patuh kepada Nya. Yang telah melimpahkan segala rahmat dan Karunia-Nya, sehingga pada pagi yang mulia ini kita mampu menggemakan Takbir, Tahmid dan Tahlil.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada seorang pemimpin yang rela berkorban jiwa, harta dan dirinya untuk mengakat harkat dan martabat umatnya dari lumpur kejahilan, keterbelakangan menuju masyarakat Islam yang sebenar- benarnya, adil makmur dan diridhai Allah Swt, Beliaulah Rasulullah Muhammad Saw.
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilhamdu
Hadirin jam’ah ‘idul Adha yang berbahagia,

Dari tahun ketahun silih berganti, sejarah ‘Idul Adha, pengorbanan, dan haji disegarkan kembali agar semangat berkurban senantiasa berkobar dalam dada kita semua. Hampir- hampir tidak ada seorang pun dari kita yang tidak mengetahui sejarah ‘Idul Adha. Maka pada kesempatan yang mulia ini saya mengajak diri dan saudara sekalian untuk merenungkan kembali perjalanan hidup Nabi Ibrahim .a.s. dan keluarganya, bukan sekedar cerita belaka tetapi merupakan sebuah sumber inspirasi dalam rangka meluruskan niat dan motivasi serta meperbesar tekad untuk memperjuangkan kebenaran, keadilan dan kemaslahatan bersama. Lebih-lebih ditengah kehidupan bangsa Indonesia yang hingga kini masih dihantui berbagai persoalan yang terasa sangat sulit untuk menghadapi dan mengatasinya, baik di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, aqidah, moral, hukum, pertahanan dan kemanan. Yang semua itu terjadi karena adanya kesenjangan yang begitu besar antara pengakuan kita sebagai Muslim dengan realitas kehidupan yang kita jalani.
Melalui sejarah ‘Idul Adha kita dibawa untuk melihat kekuatan iman ketika Nabi Ibrahim .a.s. harus menjawab realitas kehidupan. Sejarah mengungkapakn misteri yang luar biasa dimana Ibrahim melalui mimpinya diperintahkan untuk menyembelih Ismail. Terlintas dalam pikiranya, ismail yang dibayangkan sebagai penerus perjuanganya, harus berakhir di ujung pedangnya sendiri. Orang tua manakah yang sanggup membayangkan tugas semacam itu.
Disinilah keimanan dan ketulusan dihadapkan dengan realitas pilihan antara hati dan akal, antara cinta pada Allah dan cinta pada anak. Nabi Ibrahim meyakini dan menyadari bahwa semua miliknya pada hakikatnya adalah milik Allah bila dikehendaki, maka Allah berhak meminta kembali seluruh milik-Nya, baik itu yang ada di langit dan di bumi. Namun demikian Ibrahim menempuh dengan cara-cara yang arif dan bijaksana, Ismail putra kesayanganya di panggil untuk diperkenalkan pada hakikat hidup, cinta dan kebenaran. Dan Ismail mampu menangkap kagalauan hati ayahnya. Kepada ayahnya, Ismail berkata, seperti yang tertulis dalam Alqur’an Surat As Shaaffat:102
           
Wahai Ayahku, Kerjakanlah Apa Yang Diperintahkan (Allah) Kepadamu, Insya Allah Engkau Akan Mendapatiku Termasuk Orang-Orang Yang Sabar”

Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilhamdu
Hadirin jam’ah ‘idul Adha yang berbahagia,
Demikianlah Nabi Ibrahim dan Ismail.a.s. membuktikan keimanan dan kecintaan serta ketaatan pada Allah, sehingga Allah menggantinya dengan kenikmatan yang tiada tara yaitu seekor sembelihan domba yang besar. Dan peristiwa inilah yang melatarbelakangi disyari’atkanya ibadah qurban yang senantiasa kita laksanakan setiap 10 sampai 13 Dzulhijjah.
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilhamdu
Hadirin jam’ah ‘idul Adha yang berbahagia,
Hal tersebut bukanlah semata- mata rangkaian ritual yang berdimensi spiritual, akan tetapi merupakan ibadah yang menempa diri seorang muslim sehingga menjadi seorang beraqidah benar dan berakhlak mulia. Kesempurnaan ibadah dapat diraih apabila formal syari’ahnya terpenuhi dan tumbuhnya akhlaq sebagai wujud dari ibadah tersebut. Seperti ibadah haji dan qurban, disamping nilai- nilai spiritual, ibadah haji dan qurban juga memiliki nilai- nilai sosial, kemanusiaan yang sangat luhur, diantaranya adalah :
Pertama, qurban mengajarkan kita untuk bersikap dermawan, tidak tamak, rakus dan serakah. Qurban mendidik kita untuk peduli dan mengasah sikap sosial.
Kedua, qurban melatih kita untuk rela mengurbankan apa saja demi untuk mendekatkan diri pada Allah Swt, seorang mukmin yang mencintai Allah Swt, secara formal ritual qurban hanya menyembelih hewan sekali setahun pada setiap tanggal 10 hingga 13 Dzulhijjah, akan tetapi secara spiritual kita dapat menangkap maksud yang lebih luas yaitu bagaimana agar kita dapat terlatih berkurban demi mendekatka diri pada Allah Swt.

Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilhamdu
Hadirin jam’ah ‘idul Adha yang berbahagia,
Yang ketiga, secara simbolis qurban mendidik kita untuk membunuh sifat- sifat kebinatangan. Dan diantara sifat kebinatangan yang harus kita kubur dalam- dalam adalah sikap mau menang sendiri, merasa benar sendiri dan berbuat sesuatu dengan bimbingan hawa nafsu. Manusia adalah makhluk yang sempurna dan utama. Akan tetapi, jika sikap dan tingkahlakunya dikuasai oleh nafsu, maka pendengaran, penglihatan dan hati nuraninya tidak akan berfungsi, jika sudah demikian maka manusia akan jatuh derajatnya, bahkan lebih rendah dari binatang, sebagaimana Allah terangkan dalam Alqur’an Surat Al A’raaf :179
                                

Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.”

Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahilhamdu
Hadirin jam’ah ‘idul Adha yang berbahagia,

Yang Keempat, Qurban Mengingatkan kita agar senantiasa menjunjung tinggi nilai- nilai harkat dan martabat kemanusian. Digantinya ismail dengan seekor domba menyadarkan kita, bahwa mengorbankan manusia diatas altar adalah perbuatan yang dilarang Allah Swt. Ibadah yang kita lakukan harus menjunjung tinggi dan menghormati hak- hak manusia. Bahkan hewan quraban yang akan kita sembelih pun harus diperlakukan dengan penuh kasih sayang. Karena itulah perbuatan keji dan semena- mena, mungkar dan dzalim adalah perbuatan yang dibenci dan dilarang oleh Islam.
Qurban adalah usaha kita untuk mendekatkan diri pada Allah Swt, mematuhi dengan segala daya dan upaya semua yang diperintahkan dan dengan sekuat tenaga menjahui larangan-Nya. Ukuran ketaqwaan seseorang tidak hanya dilihat dari kualitas ibadahnya semata, tetapi yang sangat penting adalah aplikasinya dalam kehidupan sehari- hari.
Demikian rangkaian hikmah dan pelajaran dari ibadah qurban. Semoga kita semua mampu mengaplikasikan dalam kehidupan sehari.
Akhirnya mari kita berdo’a dan memohon ampun pada Allah Swt, seraya memohon Rahmat-Nya.
Amin Ya rabbal’alamin.

Jumat, 14 September 2012

Masa'ilul Fiqh

KEKELIRUAN IJTIHAD KONTEMPORER
Mengabaikan nash hukum (Qur’an/Hadis)
Salah memahami / sengaja menyelewengkan pengertian nash hukum
Mengabaikan hasil ijma’ yang diyakini
Menggunakan qias tidak pada tempatnya
Mengabaikan realitas zaman
Berlebihan menganggap maslahat
Menghapuskan rukhshah yang sudah ditetapkan syara’

1. Mengabaikan Nash Hukum
Contoh:
Fatwa PTA Islam Bahrain tentang diperbolehkannya mengangkat anak buangan dan menghubungkan nasabnya.
Padahal sudah ada nash yang tegas (Al- Ahzab 4-5): “…Dan Allah tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anakmu sendiri. …Panggillah mereka dengan nama bapak-bapak mereka sendiri…

2. Salah memahami / sengaja menyelewengkan pengertian nash hukum

Contoh:
Pandangan yang menganggap hukuman hudud (spt. Mencuri atau berzina) sebagai sebuah anjuran dan bukan kewajiban. Sehingga boleh diterapkan hukum lain secara kondisional.
Al-Maidah: 38: “laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri maka potonglah tangan keduanya sebagai balasan atas apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksa dari Allah…
3. Mengabaikan hasil ijma’

Contoh:
Pendapat wajibnya zakat terhadap minyak milik negara sebanyak 1/5, karena sama seperti zakat harta terpendam
Ini bertentangan dengan ijma’: tidak wajib zakat. Alasan:
Yang wajib zakat itu harta milik (khuz min amwalihim sadaqah… at-taubah: 103)
Negara sebetulnya diperintahkan mengambil zakat
4. Menggunakan qias tidak pada tempatnya
Contoh:
Pandangan yang membolehkan negara berhutang kepada rakyatnya, dengan menqiaskan hutang pada ayah
5. Mengabaikan realitas zaman
Contoh:
Mengharamkan sembelihan dengan mesin
Mengharamkan foto
Pandangan yang membolehkan merokok
6. Berlebihan menganggap maslahat, sehingga mengabaikan nash
Membolehkan lokalisasi
Membolehkan Miras
Memindahkan shalat jum’at ke hari ahad
Membolehkan riba
7. Menghapuskan rukhshah yang sudah ditetapkan syara’
Saat ini tidak perlu rukhshah dalam perjalanan karena banyak kemudahan


Rabu, 18 Januari 2012

PRAMUKA DAN PAI


Gerakan Pramuka sebagai organisasi pendidikan non formal yang turut berperan dalam pendidikan kaum muda Indonesia, tidak terlepas dari permasalahan-permasalahan. Tantangan utama yang dihadapi adalah bagaimana cara dan usahanya untuk menanggapai berbagai perubahan, terutama yang berdampak bagi kaum muda. Gerakan serta semangat yang kini bergulir, intinya menghendaki perubahan tantanan baru dengan segala perbaikan, keselarasan dengan tuntutan yang lebih transparasi. Dilandasi dengan ketakwaan, kejujuran, kebenaran, keadilan dan keidealan.
Sementara disisi lain Gerakan Pramuka sebagai pelengkap pendidikan formal dan informal dituntut ikut memberikan kontribusi positif terhadap lahirnya generasi baru di masa datang, yang mampu diwarisi pesan-pesan moral keagamaan. Di dalam Prinsip dasar kepramukaan pada point pertama berbunyi ”Iman dan Takwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa” hal ini jelas menyatakan bahwa Iman dan Takwa merupakan landasan utama pendidikan Kepramukaan walau Gerakan Pramuka itu sendiri adalah organisasi yang sangat umum dan luas sifatnya. Prinsip Dasar Kepramukaan ini sendiri adalah asas yang melandasi kegiatan kepramukaan dalam upaya membina watak peserta didik (LEMDIKANAS, 2008 : BS-2.4)
Kegiatan Kepramukaan sering dipersepsikan sebagai kegiatan yang monoton, sejak menjadi anggota Pramuka di Sekolah Dasar pada tingkatan Siaga sampai Pandega, yang dipelajari hanya itu-itu saja seperti tali- temali, morse, sandi dan menyanyi. Kegiatannya hanya dianggap sebelah mata dan terkadang dalam kegiatannya di lapangan selalu menjadi perbincangan masyarakat.

Tentu saja persepsi ini tidak semuanya benar, banyak manfaat yang diperoleh dari kegiatan Kepramukaan yang tidak diketahui oleh masyarakat awam. Gerakan Pramuka sebagai organisasi Gerakan Kepanduan Nasional Indonesia telah berupaya dengan optimal dan pola pembinaan yang berkesinambungan dalam mengimbangi tuntutan dewasa ini, dengan kondisi tersebut melalui salah satu wadahnya Gerakan Pramuka melakukan pembinaan bagi generasi muda/peserta didik dengan berbagai kegiatan yang diantaranya malam bina iman dan takwa, perkemahan sabtu minggu, tadabur alam atau out bond.
Pendidikan yang berorientasi pada pembentukan kognitif siswa, belum berjalan dengan apa yang diharapkan dikarenakan siswa belum mampu untuk mengaplikasikan kearah afektif. Akibatnnya siswa hanya mampu memahami materi saja, tetapi belum biasa menjalankannya dalam kehidupan sehari- hari.  Sangat disayangkan sekali jika siswa madrasah tidak dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari- hari karena kemampuan yang dimiliki telah mencapai taraf formal dimana anak mampu berpikir secara logis. sehingga diharapkan siswa dapat pula memikirkan pencarian solusi dari suatu masalah.
Dua kelompok manusia yang kita lihat terlibat secara langsung dalam kegiatan pendidikan adalah guru dan peserta didik. Kedua pihak ini mempunyai kedudukan yang setara di hadapan Allah, keduanya sama-sama manusia ciptan-Nya. Masing-masing pihak berada dalam suatu interaksi, namun dengan peranan yang berbeda. Guru sebagai penolong berusaha memberi bantuan kepada peserta didk untuk mengembangkan dirinya secara utuh berdasarkan kasih yang mebarui. Guru berdiri di antara peserta didik dan Tuhan yang memberi tanggung jawab. Guru dengan ilmu pengetahuan yang telah dan terus- menerus dikuasainya beserta dengan seluruh pengalamanya mengantarkan peserta didik ke arah pengenalan akan ciptaan Tuhan dengan segala hukum- hukumNya(W. GulĂ´,2002:22).
Seorang guru mempunyai andil sangat besar dalam mendidik, mengayomi, dan mengajar peserta didiknya. Seorang pendidik tidak hanya sekedar pengalih informasi ke anak didik, tetapi juga sebagai fasilitator bagi pengembangan diri anak didiknya. Apalagi guru agama, harus memiliki nilai lebih dari guru- guru yang lain baik dari ilmu maupun karakteristiknya. hal ini dikarenakan akan di terapkan oleh anak- anak dalam kehidupan sehari- hari.
Terutama dalam materi praktik ibadah siswa, siswa hanya sekedar tahu teori yang disampaikan oleh guru dan mempraktikannya hanya sebatas ingin mendapatkan nilai, inilah mengapa ketika anak telah menuntaskan pendidikanya di tingkat SMP/MTs dan SMA/K/MA anak tidak begitu merasakan ilmu yang didapatkannya ketika masih bersekolah.
Waktu yang sangat kurang dalam materi praktik ibadah dalam pembelajaran PAI menjadi masalah utama, dimana seorang guru sangat terbebankan dikarenakan jam yang ada dalam kelas sangat tidak cukup untuk menyampaikan materi secara mendalam dan ditambah lagi dalam praktiknya. Kurangnya waktu merupakan salah satu faktor yang  sangat mempengaruhi tingkat pemahaman siswa di kelas, karena guru tidak tuntas dalam mentransfer ilmunya.
Dalam Undang- undang tentang sistem pendidikan nasional No. 20 tahun 2003 pasal 37 ayat 1, ditegaskan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat antara lain pendidikan agama. Ini berarti setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan disetiap sekolah wajib memberikan pendidikan agama kepada anak didik sesuai dengan agama yang dianutnya. Adapun tujuan pendidikan Islam bukan saja berorientasi pada keakhiratan dalam bentuk mengamalkan ajaran agama dan berakhlak mulia, melainkan juga mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya terutama aspek fisik, psikis, intelektual, kepribadian, dan sosial yang sesuai dengan tuntutan perkembangan masyarakat serta cita- cita Islam itu sendiri, sehingga manusia(peserta didik) tersebut mampu menunaikan tugas hidupnya sebagai khalifah yang sekaligus sebagai insan yang mengabdi kepada Allah swt.
Dengan demikian guru PAI harus lebih mampu memanfaatkan sarana pendidikan kepramukaan dalam kegiatanya yang salah satunya adalah perkemahan sabtu- minggu(PERSAMI) untuk dapat mengajarkan segala bentuk praktik ibadah agar anak lebih merasa paham akan materi atau teori yang selama ini didapatkan di dalam kelas. Oleh karena itu diperlukan penelitian tentang bagaimana proses kegiatan kepramukaan di gunakan sebagai sarana praktek ibadah oleh guru PAI dalam mengembangkan pembelajaran agama islam dengan judul Persami Sebagai Sarana Praktik Ibadah Dalam Pembelajaran PAI Pada Siswa SMP Negeri 2 Wonosari Klaten.