Welcome Friends....Tafadhol...

SELAMAT DATANG DI DUNIA KEPRAMUKAAN DAN PENDIDIKAN ISLAM

Kamis, 03 November 2011


KEORGANISASIAN
Oleh : Kak Maleo
Kamis 03 november11

Untuk membentuk pola pikir kita maka akan diberikan penjelasan bahwa organisasi adalah sebuah tubuh, dalam pengertian lain organisasi adalah sebuah sistem yang terangkai dalam satu bagian yang utuh.

Organisasi merupakan “bingkai kerja” seluruh bentuk kerjasama manusia untuk mencapai tujuan yag telah ditetapkan bersama. Sebagai segi formal administrasi, organisasi mengandung dua pengertian yaitu :
1.      sebagai wadah pelaksanaan managerial. Artinya, di dalam wadah ini terkait pola dan struktur yang relatif permanen (rasional).
2.      sebagai proses interaksi antar individu yang saling terkait satu sama lain dalam satu ikatan emosional (irrasional)
Unsur dasar yang terkandung dalam organisasi :
  1. terdiri dari dua orang atau lebih.
  2. Terdapat maksud untuk bekerjasama
  3. Pengatur hubungan. Titik beratnya ada pada struktur dan pola hubungan yang jelas.
  4. Tujuan yang akan dicapai
Prinsip-prinsip organisasi :
1.    Perumusan tujuan dengan jelas
2.    Pembagian kerja
3.    Pendelegasian
4.    Rentang kekuasaan
5.    Tingkat pengawasan
6.    Satu perintah, satu tanggungjawab
7.    Koordinasi
8.    Keseimbangan
9.    Berkelangsungan
10.     Fleksibilitas


KEPEMIMPINAN

            Sejak awal permulaan sejarah, mungkin tidak akan pernah ada masyarakat atau negara  yang tidak mempunyai pemimpin; kalaupun ada , pasti tidak akan bertahan lama. begitupun dalam sebuah organisasi, untuk itulah nilai nilai kepemimpinan menjadi sangat penting dalam menyelenggarakan urusan – urusan dalam sebuah organisasi.

pengertian kepemimpinan menurut Norman schazkopf
“kepemimpinan adalah gabungan antara strategi dan karakter”
Jenis –jenis kepemimpinan:
1. kepemimipinan otokratik
            - lebih menekankan aspek pemimipinnya dibanding yang dipimpin
            - ciri :
                        - kendali berpusat pada pemimpin
                        - bawahan tidak memiliki kebebasan
2. kepemimpinan partisipasif
         - lebih menekankan pada kesetaraan antara yang memimpin dengan yang dipimpin
3. kepemimipinan laisesfaire (perancis lezaisfaire)
         - tipe kepemimpinan yang berciri hubungan antara yang memimpin dengan yang dipimpin lebih pada bawahan dimana memiliki ruang lebih luas dan lebih  bebas.

Gaya / Model Kepemimpinan
1. model pencerita
ciri ciri kepemimpinan ini, seorang pemimpin sangat kuat untuk mengarahkan kelompok pada tugas, artinya : pemimpin menentukan segala-galanya buat anggota
2. gaya penjual
ciri ciri kepemimpinan ini, seorang pemimpin mampu mengarahkan anggota  pemimpin mau menerima pendapat dari anggota
3. gaya partisipasi
ciri ciri kepemimpinan ini, seorang pemimpin punya orientasi yang sangat kuat  dan melibatkan bawahan dalam penganbilan keputusan
4. gaya delegasi
            ciri ciri kepemimpinan ini adlah
-          pemimpin memberikan otonam yang luas pada kelompok untuk melakuakn kegiatan
-          gaya kepemim[pinan ini didasarkan atas tingkat kematangan kelompok (anggota)
Watak seorang pemimpin
            Sebagai pemimpin dituntut untuk memiliki karakteristik- karakteristik khusus disamping begitu banyak sifat-sifat yang sudah kita bersama. ada sedikitnya 10 watak yang paling dikagumi dari seorang pemimpin adalah sebagai berikut
1. jujur (honest)                                  
2. kompeten (competent)                     
3. melihat kedepan (forward- looking)
4. selalu memicu inspirasi (inspirising)
5. pandai-cerdas (intelegent)  
6. obyektif berlaku adil (fair minded)
7. berwawasan luas (broad minded)                                                              
8. berani menganbil resiko (corageous)
9. tidak basa-basi, langsung pada persoalan (straigh forward)
10. penuh imajinasi (imajinative)


Kamis, 13 Oktober 2011


َوَعَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ اَلسَّاعِدِيِّ - رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا- قَالَ : ( جَاءَتِ امْرَأَةٌ إِلَى رَسُولِ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَتْ : يَا رَسُولَ اَللَّهِ ! جِئْتُ أَهَبُ لَكَ نَفْسِي , فَنَظَرَ إِلَيْهَا رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَصَعَّدَ اَلنَّظَرَ فِيهَا , وَصَوَّبَهُ , ثُمَّ طَأْطَأَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم رَأْسَهُ , فَلَمَّا رَأَتْ اَلْمَرْأَةُ أَنَّهُ لَمْ يَقْضِ فِيهَا شَيْئًا جَلَسَتْ , فَقَامَ رَجُلٌ مِنْ أَصْحَابِهِ. فَقَالَ : يَا رَسُولَ اَللَّهِ ! إِنْ لَمْ يَكُنْ لَكَ بِهَا حَاجَةٌ فَزَوِّجْنِيهَا. قَالَ : فَهَلْ عِنْدكَ مِنْ شَيْءٍ ? فَقَالَ : لَا , وَاَللَّهِ يَا رَسُولَ اَللَّهِ. فَقَالَ : اِذْهَبْ إِلَى أَهْلِكَ , فَانْظُرْ هَلْ تَجِدُ شَيْئًا ? فَذَهَبَ , ثُمَّ رَجَعَ ? فَقَالَ : لَا , وَاَللَّهِ يَا رَسُولَ اَللَّهِ، مَا وَجَدْتُ شَيْئًا. فَقَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم انْظُرْ وَلَوْ خَاتَمًا مِنْ حَدِيدٍ، فَذَهَبَ، ثُمَّ رَجَعَ. فَقَالَ : لَا وَاَللَّهِ , يَا رَسُولَ اَللَّهِ , وَلَا خَاتَمًا مِنْ حَدِيدٍ , وَلَكِنْ هَذَا إِزَارِي - قَالَ سَهْلٌ : مَالُهُ رِدَاءٌ - فَلَهَا نِصْفُهُ. فَقَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم مَا تَصْنَعُ بِإِزَارِكَ ? إِنْ لَبِسْتَهُ لَمْ يَكُنْ عَلَيْهَا مِنْهُ شَيْءٌ، وَإِنْ لَبِسَتْهُ لَمْ يَكُنْ عَلَيْكَ شَيْءٌ فَجَلَسَ اَلرَّجُلُ , وَحَتَّى إِذَا طَالَ مَجْلِسُهُ قَامَ ; فَرَآهُ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم مُوَلِّيًا , فَأَمَرَ بِهِ , فَدُعِيَ لَهُ , فَلَمَّا جَاءَ. قَالَ : مَاذَا مَعَكَ مِنَ الْقُرْآنِ ? قَالَ : مَعِي سُورَةُ كَذَا , وَسُورَةُ كَذَا , عَدَّدَهَا فَقَالَ : تَقْرَؤُهُنَّ عَنْ ظَهْرِ قَلْبِكَ ? قَالَ : نَعَمْ , قَالَ : اِذْهَبْ , فَقَدَ مَلَّكْتُكَهَا بِمَا مَعَكَ مِنَ الْقُرْآنِ )  مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ , وَاللَّفْظُ لِمُسْلِمٍ وَفِي رِوَايَةٍ لَهُ : ( اِنْطَلِقْ , فَقَدْ زَوَّجْتُكَهَا , فَعَلِّمْهَا مِنَ الْقُرْآنِ ) وَفِي رِوَايَةٍ لِلْبُخَارِيِّ : ( أَمْكَنَّاكَهَا بِمَا مَعَكَ مِنَ الْقُرْآنِ )
Sahal Ibnu Sa'ad al-Sa'idy Radliyallaahu 'anhu berkata: Ada seorang wanita menemui Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan berkata: Wahai Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, aku datang untuk menghibahkan diriku pada baginda. Lalu Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memandangnya dengan penuh perhatian, kemudian beliau menganggukkan kepalanya. Ketika perempuan itu mengerti bahwa beliau tidak menghendakinya sama sekali, ia duduk. Berdirilah seorang shahabat dan berkata: "Wahai Rasulullah, jika baginda tidak menginginkannya, nikahkanlah aku dengannya. Beliau bersabda: "Apakah engkau mempunyai sesuatu?" Dia menjawab: Demi Allah tidak, wahai Rasulullah. Beliau bersabda: "Pergilah ke keluargamu, lalu lihatlah, apakah engkau mempunyai sesuatu." Ia pergi, kemudian kembali dam berkata: Demi Allah, tidak, aku tidak mempunyai sesuatu. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Carilah, walaupun hanya sebuah cincin dari besi." Ia pergi, kemudian kembali lagi dan berkata: Demi Allah tidak ada, wahai Rasulullah, walaupun hanya sebuah cincin dari besi, tetapi ini kainku -Sahal berkata: Ia mempunyai selendang -yang setengah untuknya (perempuan itu). Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Apa yang engkau akan lakukan dengan kainmu? Jika engkau memakainya, Ia tidak kebagian apa-apa dari kain itu dan jika ia memakainya, engkau tidak kebagian apa-apa." Lalu orang itu duduk. Setelah duduk lama, ia berdiri. Ketika Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melihatnya berpaling, beliau memerintah untuk memanggilnya. Setelah ia datang, beliau bertanya: "Apakah engkau mempunyai hafalan Qur'an?" Ia menjawab: Aku hafal surat ini dan itu. Beliau bertanya: "Apakah engkau menghafalnya di luar kepala?" Ia menjawab: Ya. Beliau bersabda: "Pergilah, aku telah berikan wanita itu padamu dengan hafalan Qur'an yang engkau miliki." Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut Muslim. Dalam suatu riwayat: Beliau bersabda padanya: "berangkatlah, aku telah nikahkan ia denganmu dan ajarilah ia al-Qur'an." Menurut riwayat Bukhari: "Aku serahkan ia kepadamu dengan (maskawin) al-Qur'an yang telah engkau hafal."

Jumat, 07 Oktober 2011

HAJI 1432 H


" 'Umrah -yang satu- bersama (hingga ke) 'umrah -yang lain-merupakan kaffarat (penghapus) bagi (dosa yang telah dilakukan) diantara keduanya"

Imam an-Nawawi dalam syarahnya terhadap kitab Shahih Muslim, berkaitan dengan makna penggalan hadits diatas, berkata: "Disini sangat jelas sekali bahwa yang dimaksud adalah keutamaan 'umrah, yaitu menghapus dosa-dosa yang terjadi antara kedua 'umrah tersebut. Penjelasan tentang dosa-dosa tersebut telah disinggung pada kitab ath-Thaharah , demikian pula penjelasan tentang bagaimana menyinkronkannya dengan hadits-hadits tentang kaffarat wudhu' terhadap dosa-dosa tersebut, kaffarat semua shalat, puasa pada hari 'Arafah dan 'Asyura' ".

Dalam kitab Tuhfah al-Ahwazi Syarh Sunan at-Turmuzi, Pensyarahnya menyatakan bahwa yang dimaksud dengan dosa-dosa disini adalah dosa-dosa kecil bukan dosa-dosa besar (Kaba-ir ), sepertihalnya dalam sabda beliau yang berkaitan dengan keutamaan hari Jum'at, bahwa Jum'at yang satu bersama (hingga ke) Jum'at yang lainnya merupakan kaffarat (penghapus) dosa yang telah dilakukan diantara keduanya.
Berkaitan dengan hal yang sama, Syaikh as-Sindy dalam syarahnya terhadap Sunan Ibni Majah menukil perkataan Ibnu at-Tin yang menyatakan bahwa huruf (Ila) dalam sabda beliau Shallallâhu 'alaihi wasallam: diatas dapat diartikan dengan (Ma-'a/bersama); jadi, maknanya 'Umrah yang satu bersama 'umrah yang lain… Atau dapat juga diartikan dengan makna huruf (Ila) itu sendiri dalam kaitannya dengan kaffarat.
Ibnu 'Abd al-Barr mengkhususkan kaffarat dalam hadits tersebut terhadap dosa-dosa kecil saja, akan tetapi menurut Syaikh as-Sindy, pendapat ini kurang tepat sebab menjauhi Kaba-ir (dosa-dosa besar) juga merupakan kaffarat baginya sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Ta'ala: "Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar diantara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga) ". (Q.S. an-Nisa'/4 : 31). Karenanya, timbul pertanyaan: dosa apa yang dapat dihapus oleh 'umrah?. Jawabannya enteng sebab orang yang tidak menjauhi dosa-dosa besar, maka dosa-dosa kecilnya dihapus dengan 'umrah sedangkan orang yang tidak memiliki dosa kecil atau dosa-dosa kecilnya telah dihapus melalui sebab yang lain, maka posisi 'umrah baginya disini merupakan sebuah keutamaan.
Imam az-Zarqany dalam kitabnya Syarh Muwaththa' Malik menyatakan bahwa makna huruf (Ila).dalam sabda beliau Shallallâhu 'alaihi wasallam: diatas adalah bermakna (Ma-'a); Dalam hal ini, pengertiannya sejalan dengan firmanNya Ta'ala dalam ayat :"Dan jangan kamu makan harta mereka bersama hartamu" (Q.S. an-Nisa/4:2)
Jadi, maknanya adalah " 'Umrah -yang satu- bersama 'umrah -yang lain- merupakan kaffarat (penghapus) bagi dosa yang telah dilakukan diantara keduanya ". Huruf ãÇ (Maa) dalam penggalan hadits tersebut merupakan lafazh yang bersifat umum, maka dari sisi lafazhnya bermakna penghapusan terhadap semua dosa yang terjadi diantara keduanya kecuali hal yang sudah dikhususkan oleh dalil tertentu.

Rabu, 03 Agustus 2011

KEDUDUKAN AKHLAK DALAM ISLAM

KEDUDUKAN AKHLAK DALAM ISLAM
oleh: Hamim Khaldun Muifilit
1.      Akhlak sebagai the central  teaching of islam(pusat ajaran islam)
Dalam alquran terdapat kurang lebih 1500 kata yang mengandung ajaran – ajaran tentang akhlak, baik yang teoritis maupun tuntunan praktis. atas dasar ini, hampir seperempat kandungan alquran berbicara tentang akhlak. demikian pula dalam hadits, sehingga dapat disimpulkan bahwa akhlak menempati kedudukan yang sangan urgen dalam islam.

Diantara ayat alqur’an dan hadits Nabi SAW yang secara teoritis mengandung ajaran-ajaran mengenai akhlak adalah sebagai berikut:

a.       Q.S. AlA’raf: 96
وَلَوْأنَّ أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوْا وَاتَّقُوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَاْلَارْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوْا فَاَ خَذْنَهُمْ بِمَا كَا نُوْا يَكْسِبُوْنَ. {الاعرف:96}.

“ Jikalau sekiranya negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan ayat-ayat Kami, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatanya”

b.      Q.S. Al-Zalzalah: 7-8
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ. وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًا يَرَهُ.{الزلزلة:7-8}

“barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat biji dzahrah pun niscaya dia akan melihatnya. dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat biji dzahrah pun niscaya dia akan melihatnya”
c.       اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأتَّبِعِ السَّيْئَةَ اْلحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَاِلقِ النَّسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
“ bertaqwalah kamu kepada Allah di manapun kamu berada, dan iringilah perbuatan jahat dengan berbuatan baik, maka kebaikan itu akan mengahpuskanya, dan pergauilah manusia dengan akhlak yang baik.(H.R. Tirmidzi)

jika perhatikan kedua ayat alquran dan hadis nabi di atas, di peroleh ajaran akhlak bersifat teoritis, yaitu ajaran pentingya beriman, bertaqwa, dan beramal shaleh. secara teoritis keimanan dan ketaqwaan seseorang yang di ekspresikan dalam bentuk amal shaleh.

sementara itu di antra ayat alqur’an dan hadits yang secara praktis mengandung ajaran-ajaran mengenai akhlak adalah sebagai berikut.
a.       Q.S. Al-mu’minun ayat 1-7
“Sungguh beruntunglah orang –orang yang beriman yaitu orang yang khusu’ dalam shalatnya. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tiada berguna. Dan orang –orang yang menunaikan zakat. Dan orang-orang yang menjaga kemaluanya. kecuali terhadap istri-istri mereka atau bahkan budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. barangsiapa yang mencari di balik yang itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas”
           

b.      Q.S al-Luqman :18-19
“dan janganlah kamu berejalan di muka bumi dengan angkuh. sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakanlah suaramu. sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”

c.       H.R Muttafaqun ‘alaih.
عَنْ أَبِيْ عَبْدِ الرَّ حْمَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَأَلْتُ النَّبِىَّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَىُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ تَعَالَى ؟ قَالَ: الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا. قُلْتُ: ثًمَّ اَىِّ؟ قَالَ: بِرُ الْوَالِدَيْنِ، قُلْتُ: ثُمَّ أَ ىِّ؟ اَلْجِهَدُ فِى سَبِيْلِ اللهِ
“ diriwayatkan dari Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud ra, dia berkata: aku bertanya kepada Nabi Saw.: “ apa amalan yang paling di sukai oleh Allah SWT?” beliau menjawab: “ shalat tepat pada waktunya”. aku bertanya lagi: “kemudian apa? “beliau menjawab: “ birrul wâlidain”. kemudian aku bertanya lagi: “seterusnya apa?” beliau menjawab:”Jihad fî sabîlillâh”

2.      Akhlak Ukuran Keimanan seseorang
Selain sebagai tema sentral ajaran islam, akhlak dalam islam juga dijadikan oleh Allah sebagi tolak ukur keimanan seseorang. kesempurnaan iman seseorang dapat dilihat dari kebaikan akhlaknya. pernytaan ini di dasarkan pada penegasan rasulullah SAW berikut ini:
أَكْمَلُ اْلمُؤْ مِنِيْنَ إِيْمَنًا أًحْسَنُهُمْ خُلُقًا (رواه الترمذى).
“sesempurnanya iman seorang mukmin adalahorang yang baik akhlaknya”


Sumber:
Shudarno shobron dkk,2006, Studi Islam:Surakarta, LPID
depag, 2002, alqur’an dan terjemahanya : Surabaya,  mekar surabaya

KONSEP BERGAUL DALAM ISLAM


KONSEP BERGAUL DALAM ISLAM
Kajian Keislaman Bulan Ramadhan Madrasah Aliyah Negeri 2 Surakarta
1432 H/2011
Oleh: Hamim Khaldun Muifilit

“ Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat [49]:13)
Pergaulan adalah satu cara seseorang untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Bergaul dengan orang lain menjadi satu kebutuhan yang sangat mendasar, bahkan bisa dikatakan wajib bagi setiap manusia yang “masih hidup” di dunia ini. Sungguh menjadi sesuatu yang aneh atau bahkan sangat langka, jika ada orang yang mampu hidup sendiri. Karena memang begitulah fitrah manusia. Manusia membutuhkan kehadiran orang lain dalam kehidupannya. Tidak ada mahluk yang sama seratus persen di dunia ini. Semuanya diciptakan Allah berbeda-beda. Meski ada persamaan, tapi tetap semuanya berbeda. Begitu halnya dengan manusia. Lima milyar lebih manusia di dunia ini memiliki ciri, sifat, karakter, dan bentuk khas. Karena perbedaan itulah, maka sangat wajar ketika nantinya dalam bergaul sesama manusia akan terjadi banyak perbedaan sifat, karakter, maupun tingkah laku.
 Allah mencipatakan kita dengan segala perbedaannya sebagai wujud keagungan dan kekuasaan-Nya. Maka dari itu, janganlah perbedaan menjadi penghalang kita untuk bergaul atau bersosialisasi dengan lingkungan sekitar kita. Anggaplah itu merupakan hal yang wajar, sehingga kita dapat menyikapi perbedaan tersebut dengan sikap yang wajar dan adil. Karena bisa jadi sesuatu yang tadinya kecil, tetapi karena salah menyikapi, akan menjadi hal yang besar. Itulah perbedaan. Tak ada yang dapat membedakan kita dengan orang lain, kecuali karena ketakwaannya kepada Allah SWT (QS. Al_Hujurat [49]:13)
Perbedaan bangsa, suku, bahasa, adat, dan kebiasaan menjadi satu paket ketika Allah menciptakan manusia, sehingga manusia dapat saling mengenal satu sama lainnya. Sekali lagi . tak ada yang dapat membedakan kecuali ketakwaannya.  Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu kita tumbuh kembangkan agar pergaulan kita dengan sesama muslim menjadi sesuatu yang indah sehingga mewujudkan ukhuwah islamiyah. Tiga kunci utama untuk mewujudkannya yaitu ta’aruf, tafahum, dan ta’awun. Inilah tiga kunci utama yang harus kita lakukan dalam pergaulan.

Ta’aruf. Apa jadinya ketika seseorang tidak mengenal orang lain? Mungkinkah mereka akan saling menyapa? Mungkinkah mereka akan saling menolong, membantu, atau memperhatikan? Atau mungkinkah ukhuwah islamiyah akan dapat terwujud? Begitulah, ternyata ta’aruf atau saling mengenal menjadi suatu yang wajib ketika kita akan melangkah keluar untuk bersosialisasi dengan orang lain. Dengan ta’aruf kita dapat membedakan sifat, kesukuan, agama, kegemaran, karakter, dan semua ciri khas pada diri seseorang.
Tafahum. Memahami, merupakan langkah kedua yang harus kita lakukan ketika kita bergaul dengan orang lain. Setelah kita mengenal seseorang pastikan kita tahu juga semua yang ia sukai dan yang ia benci. Inilah bagian terpenting dalam pergaulan. Dengan memahami kita dapat memilah dan memilih siapa yang harus menjadi teman bergaul kita dan siapa yang harus kita jauhi, karena mungkin sifatnya jahat. Sebab, agama kita akan sangat ditentukan oleh agama teman dekat kita. Masih ingat ,”Bergaul dengan orang shalih ibarat bergaul dengan penjual minyak wangi, yang selalu memberi aroma yang harum setiap kita bersama dengannya. Sedang bergaul dengan yang jahat ibarat bergaul dengan tukang pandai besi yang akan memberikan bau asap besi ketika kita bersamanya.”  Tak dapat dipungkiri, ketika kita bergaul bersama dengan orang-orang shalih akan banyak sedikit membawa kita menuju kepada kesalihan. Dan begitu juga sebaliknya, ketika kita bergaul dengan orang yang akhlaknya buruk, pasti akan membawa kepada keburukan perilaku ( akhlakul majmumah ).
Ta’awun. Setelah mengenal dan memahami, rasanya ada yang kurang jika belum tumbuh sikap ta’awun (saling menolong). Karena inilah sesungguhnya yang akan menumbuhkan rasa cinta pada diri seseorang kepada kita. Bahkan Islam sangat menganjurkan kepada ummatnya untuk saling menolong dalam kebaikan dan takwa. Rasullulloh SAW telah mengatakan bahwa bukan termasuk umatnya orang yang tidak peduli dengan urusan umat Islam yang lain.
Ta’aruf, tafahum , dan ta’awun telah menjadi bagian penting yang harus kita lakukan. Tapi, semua itu tidak akan ada artinya jika dasarnya bukan ikhlas karena Allah. Ikhlas harus menjadi sesuatu yang utama, termasuk ketika kita mengenal, memahami, dan saling menolong. Selain itu, tumbuhkan rasa cinta dan benci karena Allah. Karena cinta dan benci karena Allah akan mendatangkan keridhaan Allah dan seluruh makhluknya. Wallahu a’lam bishshawab.

SUMBER:
H.Taufik Ismail , LC. Etika Pergaulan Menurut Islam. 2008
Depag RI. (2002). Alqur’an dan Terjemahanya. Surabaya : Mekar Surabaya