MAKNA
IBADAH QURBAN
“Inspirasi
dan motivasi spiritual perjalanan Nabi Ibrahim dan Keluarganya”
oleh
: Hamim Khaldun Muifilit, S.Pd.I
Kampus
STKIP Muhammadiyah Sorong
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat
pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu
bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan
(kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan
sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”.
Allahu
Akbar, Allahu Akbar Walillahilhamdu
Hadirin
kaum Muslimin dan muslimat jam’ah ‘idul Adha yang berbahagia,
Mengawali kegiatan
kita di pagi yang mulia ini, tiada kata yang pantas kita sanjungkan
kecuali memanjatkan puji syukur dan sembah sujud taat setia kepada
zat yang Maha dari segala Maha, Maha Pengasih tak pilih kasih, Maha
Penyayang terhadap hambaNya yang taat dan tunduk patuh kepada Nya.
Yang telah melimpahkan segala rahmat dan Karunia-Nya, sehingga pada
pagi yang mulia ini kita mampu menggemakan Takbir, Tahmid dan Tahlil.
Sholawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada seorang pemimpin yang rela berkorban
jiwa, harta dan dirinya untuk mengakat harkat dan martabat umatnya
dari lumpur kejahilan, keterbelakangan menuju masyarakat Islam yang
sebenar- benarnya, adil makmur dan diridhai Allah Swt, Beliaulah
Rasulullah Muhammad Saw.
Allahu Akbar, Allahu
Akbar Walillahilhamdu
Hadirin jam’ah
‘idul Adha yang berbahagia,
Dari tahun
ketahun silih berganti, sejarah ‘Idul Adha, pengorbanan, dan haji
disegarkan kembali agar semangat berkurban senantiasa berkobar dalam
dada kita semua. Hampir- hampir tidak ada seorang pun dari kita yang
tidak mengetahui sejarah ‘Idul Adha. Maka pada kesempatan yang
mulia ini saya mengajak diri dan saudara sekalian untuk merenungkan
kembali perjalanan hidup Nabi Ibrahim .a.s. dan keluarganya, bukan
sekedar cerita belaka tetapi merupakan sebuah sumber inspirasi dalam
rangka meluruskan niat dan motivasi serta meperbesar tekad untuk
memperjuangkan kebenaran, keadilan dan kemaslahatan bersama.
Lebih-lebih ditengah kehidupan bangsa Indonesia yang hingga kini
masih dihantui berbagai persoalan yang terasa sangat sulit untuk
menghadapi dan mengatasinya, baik di bidang politik, ekonomi, sosial,
budaya, aqidah, moral, hukum, pertahanan dan kemanan. Yang semua itu
terjadi karena adanya kesenjangan yang begitu besar antara pengakuan
kita sebagai Muslim dengan realitas kehidupan yang kita jalani.
Melalui sejarah
‘Idul Adha kita dibawa untuk melihat kekuatan iman ketika Nabi
Ibrahim .a.s. harus menjawab realitas kehidupan. Sejarah
mengungkapakn misteri yang luar biasa dimana Ibrahim melalui mimpinya
diperintahkan untuk menyembelih Ismail. Terlintas dalam pikiranya,
ismail yang dibayangkan sebagai penerus perjuanganya, harus berakhir
di ujung pedangnya sendiri. Orang tua manakah yang sanggup
membayangkan tugas semacam itu.
Disinilah keimanan
dan ketulusan dihadapkan dengan realitas pilihan antara hati dan
akal, antara cinta pada Allah dan cinta pada anak. Nabi Ibrahim
meyakini dan menyadari bahwa semua miliknya pada hakikatnya adalah
milik Allah bila dikehendaki, maka Allah berhak meminta kembali
seluruh milik-Nya, baik itu yang ada di langit dan di bumi. Namun
demikian Ibrahim menempuh dengan cara-cara yang arif dan bijaksana,
Ismail putra kesayanganya di panggil untuk diperkenalkan pada hakikat
hidup, cinta dan kebenaran. Dan Ismail mampu menangkap kagalauan hati
ayahnya. Kepada ayahnya, Ismail berkata, seperti yang tertulis dalam
Alqur’an Surat As Shaaffat:102
“ Wahai Ayahku,
Kerjakanlah Apa Yang Diperintahkan (Allah) Kepadamu, Insya Allah
Engkau Akan Mendapatiku Termasuk Orang-Orang Yang Sabar”
Allahu Akbar, Allahu
Akbar Walillahilhamdu
Hadirin jam’ah
‘idul Adha yang berbahagia,
Demikianlah Nabi
Ibrahim dan Ismail.a.s. membuktikan keimanan dan kecintaan serta
ketaatan pada Allah, sehingga Allah menggantinya dengan kenikmatan
yang tiada tara yaitu seekor sembelihan domba yang besar. Dan
peristiwa inilah yang melatarbelakangi disyari’atkanya ibadah
qurban yang senantiasa kita laksanakan setiap 10 sampai 13
Dzulhijjah.
Allahu Akbar, Allahu
Akbar Walillahilhamdu
Hadirin jam’ah
‘idul Adha yang berbahagia,
Hal tersebut
bukanlah semata- mata rangkaian ritual yang berdimensi spiritual,
akan tetapi merupakan ibadah yang menempa diri seorang muslim
sehingga menjadi seorang beraqidah benar dan berakhlak mulia.
Kesempurnaan ibadah dapat diraih apabila formal syari’ahnya
terpenuhi dan tumbuhnya akhlaq sebagai wujud dari ibadah tersebut.
Seperti ibadah haji dan qurban, disamping nilai- nilai spiritual,
ibadah haji dan qurban juga memiliki nilai- nilai sosial, kemanusiaan
yang sangat luhur, diantaranya adalah :
Pertama,
qurban mengajarkan kita untuk bersikap dermawan, tidak tamak, rakus
dan serakah. Qurban mendidik kita untuk peduli dan mengasah sikap
sosial.
Kedua,
qurban melatih kita untuk rela mengurbankan apa saja demi untuk
mendekatkan diri pada Allah Swt, seorang mukmin yang mencintai Allah
Swt, secara formal ritual qurban hanya menyembelih hewan sekali
setahun pada setiap tanggal 10 hingga 13 Dzulhijjah, akan tetapi
secara spiritual kita dapat menangkap maksud yang lebih luas yaitu
bagaimana agar kita dapat terlatih berkurban demi mendekatka diri
pada Allah Swt.
Allahu Akbar, Allahu
Akbar Walillahilhamdu
Hadirin jam’ah
‘idul Adha yang berbahagia,
Yang ketiga,
secara simbolis qurban mendidik kita untuk membunuh sifat- sifat
kebinatangan. Dan diantara sifat kebinatangan yang harus kita kubur
dalam- dalam adalah sikap mau menang sendiri, merasa benar sendiri
dan berbuat sesuatu dengan bimbingan hawa nafsu. Manusia adalah
makhluk yang sempurna dan utama. Akan tetapi, jika sikap dan
tingkahlakunya dikuasai oleh nafsu, maka pendengaran, penglihatan dan
hati nuraninya tidak akan berfungsi, jika sudah demikian maka manusia
akan jatuh derajatnya, bahkan lebih rendah dari binatang, sebagaimana
Allah terangkan dalam Alqur’an Surat Al A’raaf :179
“Dan
Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari
jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya
untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi)
tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah),
dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak,
bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang
lalai.”
Allahu Akbar, Allahu
Akbar Walillahilhamdu
Hadirin jam’ah
‘idul Adha yang berbahagia,
Yang Keempat,
Qurban
Mengingatkan kita agar senantiasa menjunjung tinggi nilai- nilai
harkat dan martabat kemanusian. Digantinya ismail dengan seekor domba
menyadarkan kita, bahwa mengorbankan manusia diatas altar adalah
perbuatan yang dilarang Allah Swt. Ibadah yang kita lakukan harus
menjunjung tinggi dan menghormati hak- hak manusia. Bahkan hewan
quraban yang akan kita sembelih pun harus diperlakukan dengan penuh
kasih sayang. Karena itulah perbuatan keji dan semena- mena, mungkar
dan dzalim adalah perbuatan yang dibenci dan dilarang oleh Islam.
Qurban adalah usaha
kita untuk mendekatkan diri pada Allah Swt, mematuhi dengan segala
daya dan upaya semua yang diperintahkan dan dengan sekuat tenaga
menjahui larangan-Nya. Ukuran ketaqwaan seseorang tidak hanya dilihat
dari kualitas ibadahnya semata, tetapi yang sangat penting adalah
aplikasinya dalam kehidupan sehari- hari.
Demikian rangkaian
hikmah dan pelajaran dari ibadah qurban. Semoga kita semua mampu
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari.
Akhirnya mari kita
berdo’a dan memohon ampun pada Allah Swt, seraya memohon
Rahmat-Nya.
Amin Ya
rabbal’alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar