oleh:
Hamim KhaldunMuifilit, S.Pd.I
Dua kelompok manusia yang kita lihat terlibat secara langsung dalam
kegiatan pendidikan adalah guru dan murid. Kedua belah pihak ini
mempunyai kedudukan yang setara di hadapan Allah, keduanya adalah
sama- sama manusi ciptaan-Nya. Masing- masing pihak berada dalam
suatu interaksi, namun dengan peranan yang berbeda. Guru berdiri di
antara peserta didik dan Tuhan yang memberinya tanggung jawab(W.S
Gulo,2002: 22)
Dalam konteks Islam, seperti yang termahtub dalam A-Qur'an Surat
Al-Hujarat diakhir ayat 13 ...”sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah adalah Orang yang paling
bertaqwa...” dalam hal ini semua manusia adalah sama, yang
membedakan adalah keimanan dan ketaqwaannya.
Selanjutnya sosok seorang guru adalah panutan bagi peserta didik,
dalam filosofi gerakan pramuka yang mengambil kata dari Ki hajar
Dewantara “ ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut
wuri handayani” sangat jelas bahwa seorang pendidik merupakan
sosok seorang yang penuh dengan wibawa. Pendidik dituntu harus benar-
benar menjadi seorang yang baik, tapi perlu diingat guru bukanlah
orang yang mahatahu, karena itu guru haruslah selalu terbuka,
termasuk kepada peserta didik untuk bersama- sama mengerjakan sesutau
yang ingin diketahui.
Ada sebuah konsep yang baik bahwasanya janganlah menjadi seorang yang
sok tahu, seperti sebuah peribahasa yang tak asing ditelinga kita
“tong kosong berbunyi nyaring”
disaat ini jarang sekali kita temukan sosok sorang guru atau pendidik
yang benar- benar menjadi sebuah panuatn bagi peserta didik untuk
menggapai segala apa yang diinginkan nya. Yang terjadi hanyalah
sebuah proses input, prosessing dan out put, setelah itu lepas bebas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar